Selasa, 21 April 2015



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kependudukan adalah hal ikhwal yang berkaitan dengan jumlah persebaran, mobilitas, kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama, serta lingkungan penduduk. Masalah keppendudukan di Indonesia antara lain jumlah dan pertumbuhan penduduk serta persebaran dan kepadatan penduduk. Dapat dikemukakan bahwa untuk menyelmatkan nasib manusia di muka bumi tercinta ini, masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan reproduksi melalui gerakan yang lebih intensif pada pelaksanaan keluarga berencana (Handayani, 2010)
Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Tingginya laju pertumbuhan yang tidak diiringi peningkatan kualitas penduduk ini akan berpengaruh kepada tingkat kehidupan dan kesejahteraan penduduk (Handayani, 2010).
Tujuan program KB secara fisiologis adalah : Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010).
Sejak pertama kali dicanangkan tahun 1970, program Kb telah menunjukkan hasil dengan terjadinya penurunan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan Total Fertility Rate (TFR), sedangkan tingkat pemakaian kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) mengalami peningkatan (Handayani, 2010).
Keberhasilan program KB di Indonesia di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sosial ekonomi, budaya pendidikan, agama dan status wanita. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Sejumlah faktor budaya dapat memengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. (Handayani, 2010).
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam ber KB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengetahuan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). (Handayani, 2010).
Salah satu program pemerintah untuk mengikutsertakan pria dalam program KB yaitu dengan program MOP. Program Keluarga Berencana (KB) yang digalakkan oleh pemerintah menjadi sangat penting sebagai pengendalian peledakan penduduk.
Berdasarkan data KEMENKES (2013) didapatkan hasil bahwa jumlah Wanita Usia Subur (WUS) Indonesia merupakan jumlah terbesar di Asia Tenggara, yaitu sebesar (6) kemudian diikuti Vietnam (25,3) dan Filipina(23) Sedangkan negara dengan jumlah WUS terendah di Asia Tenggara adalah Timor Leste (0,3).
Data SDKI tahun 2012 menunjukkan tren prevalensi penggunaan kontrasepsi di Indonesia sejak tahun 1991-2012 cenderung meningkat, sementara tren Angka fertilitas atau wanita usia 15-49 tahun yang melakukan KB sejalan dengan menurunnya angka fertilitas nasional. Bila dibandingkan dengan target RPJMN 2014, CPR telah melampaui target (60,1%) dengan capaian 61,9% namun TFR belum mencapai target (2,36) dengan angka tahun 2012 sebesar 2,6.
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 PUS (Pasangan Usia Subur) yang merupakan peserta KB baru menurut Metode kontrasepsinya yaitu Metode Intra Uterin Device (IUD) sebanyak 658.632 atau 7,75%, Metode Operasi Wanita sebanyak 128.793 atau 1,52%, Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 21.374 atau 0,25%, Kondom sebanyak 517.638 atau 6,09%, Implant sebanyak 784.215 atau 9,23%, Suntikan sebanyak 4.128.115 atau 48,56, Pil sebanyak 2.261.480 atau 26,60 sehingga total keseluruhan adalah 8.500.247 dengan presentase 100%. Sehingga dilihat dari jenis kelamin, metode kontrasepsi perempuan yang digunakan jauh lebih besar dibanding dengan metode kontrasepsi laki-laki. Metode perempuan sebesar 93,66% sementara metode laki-laki masih sangat kecil yaitu sebesar 6,34%. Penggunaan alat kontrasepsi masih dominan dilakukan oleh perempuan.
Pada November tahun 2013 cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi, ada 15 provinsi yang cakupannya masih berada di bawah cakupan nasional. Provinsi Banten sendiri pencapaian peserta KB baru sebesar 30.669, dengan pencapaian peserta KB baru pria pada bulan Agustus tercatat sebesar 36,76%. Sedangkan pencapaian di kabupaten sebesar 5.456. (BKKBN Provinsi Banten tahun 2013).
Puskesmas Serpong adalah salah satu puskesmas dari 43 puskesmas yang terdapat di Kabupaten Tangerang. Survei awal bulan Agustus sampai bulan Desember tahun 2014. Puskesmas yang mempunyai kunjungan kontrasepsi pria sebanyak 7 orang, sejauh ini keikutsertaan pria (suami) dalam ber KB belum pernah dilakukan penelitian.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEIKUTSERTAAN MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI” di puskesmas Serpong karena wilayah tersebut termasuk wilayah yang keikutsertaan pria dalam ber KB masih rendah dibandingkan dengan kabupaten lain yang ada di provinsi Banten.

1.2  Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan suami terhadap keikutsertaan menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Serpong Tahun 2015.

1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan suami terhadap keikutsertaan menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Serpong Tahun 2015.

1.3.2    Tujuan Khusus
1.      Mengetahui Distribusi Proporsi gambaran pengetahuan  suami terhadap keikutsertaan menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Serpong Tahun 2015.
2.      Mengetahui Distribusi Proporsi gambaran pengetahuan suami terhadap keikutsertaan menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Serpong Tahun 2015 berdasarkan Usia.
3.      Mengetahui Distribusi Proporsi gambaran pengetahuan suami terhadap keikutsertaan menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Serpong Tahun 2015 berdasarkan Pendidikan.
4.      Mengetahui Distribusi Proporsi gambaran pengetahuan suami terhadap keikutsertaan menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Serpong Tahun 2015 berdasarkan Lingkungan sosial.
5.      Mengetahui Distribusi Proporsi gambaran pengetahuan suami terhadap keikutsertaan menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Serpong Tahun 2015 berdasarkan Sikap.
6.      Mengetahui Distribusi Proporsi gambaran pengetahuan suami terhadap keikutsertaan menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Serpong Tahun 2015 berdasarkan Pengetahuan.

1.4  Manfaat penelitian
1.4.1   Bagi peneliti
           Memberikan inspirasi, menambahkan pengetahuan dan wawasan
penulis.
1.4.2   Bagi masyarakat
Menambahkan pengetahuan, informasi atau masukan dan memotivasi khususnya pada pria (suami) agar lebih meningkatkan pengetahuan dan peran serta dalam program KB.
1.4.3   Bagi institusi
Hasil penilitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebelumnya untuk menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar